Nyeruput Gorilla di Kopi, Yang Benar Saja.

ROK Presso | Arabica Houseblend | Goreal-Ah! Coffee

15 Desember 2018
Jangan tertipu oleh senyuman si Gorilla, kopi disini strong dan bikin senyum-senyum!!!
Maen-maen siang mendung di Jakarta Barat. Ternyata malah nyasar di kandang gorilla! Ternyata ketemu kopi enak. Ternyata lagi yang dikandangin malah burung bukan gorillanya. Ada seekor burung yang diperlihara di dalam kandang, sepertiya milik owner dari coffee shop ini.

Hari Sabtu adalah hari yang menyenangkan buat jalan-jalan. Selagi berkendara, ada gambar yang menarik perhatian, yaitu si gorilla. Sengaja balik arah untuk ngeliat sekali lagi, celingak celinguk, dan akhirnya memutuskan untuk ngopi sebentar.

Kebetulan cuaca sedang mendung. Sejuk waktu yang asik buat ngopi.
Emangnya kapan sih waktu yang gak asik buat ngopi?

Begitu masuk ke dalam shop, ternyata langsung kecium aroma kuat! Salah, bukan aroma kopi!!!
Jangan salah lagi, bukan bau gorilla!!! Tapi, ini adalah aroma biji kopi yang sedang diroasting. Wahhh...
Menarik sekali kalau sebuah coffee shop roasting biji kopinya sendiri.

Sambil celingak-celinguk, saya jadi tidak konsen untuk menentukan apa yang akan saya lakukan pertama kali.
Apakah mau melihat menu kopi? ingin melihat dan mencium pilihan-pilihan biji kopinya? ingin melihat jualan biji kopi apa aja? ataukah, menaruh barang terlebih dahulu di meja?
Akhirnya menaruh barang dulu supaya tidak ribet.

Saya melihat-lihat menu sambil melihat-lihat pilihan biji kopi brewingnya. "Mas, menunya lihat di meja aja biar gak susah", kata baristanya yang akhirnya tahu namanya Lisda. Daritadi liatin menu di poster dinding soalnya, leher jadi pegel. Tapi ternyata menu manual brew adanya di poster dinding.

Setelah saya mencium aroma biji kopinya, pilihan saya jatuh kepada Mountain Sweets Blend. Isinya adalah blend antara arabica Malabar dengan Kerinci. Keduanya natural process.
Awalnya saya ingin dibrew dengan pour over. Tapi, setelah saya perhatikan disini ada beberapa ROK Presso. Sepertinya memang berfokus kepada brewer ini. ROK Presso, saya mau dibrew dengan ini di coffee shop ini.

Lisda adalah barista yang membuatkan kopi ROK Presso pesanan saya. Saya sempat bengong, sangat terkesan atas pressing pertama yang dihasilkan. Hasil ekstraksinya penuh dengan crema. Crema seperti ini biasanya hanya dihasilkan oleh mesin espresso. Terlebih lagi ini adalah full arabica. Gelas seperti penuh dengan crema seluruhnya, yang baru kemudian mulai menumpuk menjadi kopi berwarna hitam.

Lisda memberikan segelas air putih untuk persiapan meminum kopi.
Mouthfeel yang dirasakan seketika setelah selesai brewing adalah so creamy. Lalu setelah settled menjadi syrupy.
Rasanya sangat intense, ini karakter dari metode pressing yang dihasilkan oleh ROK Presso.


Tanpa terasa, sudah habis saya sruput kopinya. Memang isinya cuma sedikit.
Rasanya saya ingin mencoba kopi lagi disini. Sesuatu yang tidak seintense ROK Presso, tapi dingin dan menyegarkan.


Reza, barista berikutnya, membuatkan iced Filter Bali Coffee Orange.
Kali ini menggunakan V60, dilakukan over ice.

Hasilnya menyenangkan. Rasa citrusnya sungguh menyegarkan. Arabica Bali dan irisan orange sangat cocok menjadi minuman santai, di saat mengobrol ataupun sekedar menghabiskan waktu. Kali ini dinikmati pelan-pelan.

Sembari menyeruput kopi, saya teringat aroma di awal tadi. Aroma roasted beans.
Tidak menyia-nyiakan kesempatan, saya utarakan keinginan untuk membeli biji kopi yang baru saja diroasting.

Amarta, sang owner, membawakan satu pouch coffee beans yang baru diroast. Dia menjelaskan kepada saya karakter dan biji kopi tersebut.
Saya senang sekali membawa satu pouch biji kopi untuk dinikmati nanti.

Saya akan membiarkan biji kopi ini resting dahulu. Nanti saya akan berbagi pengalaman menikmatinya pada kesempatan berikutnya.
Coffeedict © All rights reserved.